Rabu, 31 Oktober 2012

Analisis Jurnal lll



Tema              : Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen
Pengarang      : VITA FIRDITA
Tahun             : 2007
Judul              : ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN
RESTORAN SEA FOOD BINTANG LAGUNA
DI PESISIR PANTAI ANYER PROVINSI BANTEN



Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi sumberdaya alam
yang melimpah baik dari sumberdaya perairannya maupun sumberdaya daratnya.
Salah satu andalan sumberdaya perairannya yaitu sumberdaya hayati perikanan.
Potensi sumberdaya hayati perikanan sebagian besar berasal dari sumberdaya
kelautannya yang memiliki keanekaragaman jenis hewan laut seperti ikan, udang,
kepiting, dan cumi-cumi yang mampu diolah menjadi produk jadi atau bahan
pangan guna memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Komoditas ikan kini telah menjadi salah satu komoditi pangan yang
penting. Konsumsi ikan diperkirakan akan semakin meningkat, disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya untuk meningkatnya jumlah penduduk serta
meningkatnya pendapatan masyarakat dunia, meningkatnya kesadaran terhadap
makanan sehat (seperti rendahnya kandungan kolesterol, tinggi asam lemak tak
jenuh ganda dan komposisi asam amino yang lebih lengkap), sehingga mendorong
konsumen untuk mengkonsumsi daging merah ke daging put ih. Untuk masyarakat
diluar pesisir pantai kebutuhan akan ikan tinggi tetapi ketersediaan ikan masih
kurang. Lain halnya pada masyarakat yang tinggal dikawasan pesisir pantai
kebutuhan akan konsumsi ikan tinggi. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat
mendorong para pelaku bisnis untuk membuka restoran atau industri jasa boga
yang bisa dijangkau oleh konsumen, dengan menu utamanya adalah produk
perikanan laut atau istilah yang lebih dikenal yaitu makanan sea food. Munculnya
restoran sea food ini tidak hanya didasarkan kebutuhan akan mengkonsumsi ikan,
tapi juga adanya perubahan pola konsumsi pangan dan cara makan masyarakat.
Banyak masyarakat perkotaan pada umumnya lebih memilih dan mengkonsumsi
makanan diluar rumah, mulai dari warung makan, restoran hingga cafe.
Penurunan permintaan akan menu makanan sea food
diharapkan dapat diatasi melalui peningkatan kinerja restoran terhadap atribut
produk dan pelayanan restoran itu sendiri. Peningkatan kinerja akan menimbulkan
peningkatan kepuasan konsumen, sehingga diharapkan permintaan akan menu
makanan sea food juga meningkat. Hal ini yang membuat peneliti ingin
menganalisis tingkat kepuasan konsumen restoran sea food Bintang Laguna
berdasarkan tingkat kepentingan dan kepuasan mereka.
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana karakteristik konsumen restoran sea food Bintang Laguna?
2. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen di
restoran sea food Bintang Laguna?
3. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap bauran pemasaran
restoran sea food Bintang Laguna ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan diatas,
maka tujuan dari penelitian adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen restoran sea food Bintang
Laguna.
2. Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan
oleh konsumen restoran sea food Bintang Laguna.
3. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap bauran pemasaran
restoran sea
Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan diatas,
maka tujuan dari penelitian adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen restoran sea food Bintang
Laguna.
2. Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan
oleh konsumen restoran sea food Bintang Laguna.
3. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap bauran pemasaran
restoran sea food Bintang Laguna.
Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer (primary data) dilakukan melalui wawancara langsung
dengan menggunakan kuisioner kepada pihak manajemen restoran sea food
Bintang Laguna dan wawancara terhadap responden yang sedang melakukan
pembelian di restoran. sea food Bintang Laguna. Wawancara yang dilakukan
secara lisan untuk perusahaan pihak manajemen restoran sea food Bintang Laguna,
sedangkan wawancara untuk responden dilakukan dengan menggunakan panduan
kuisioner. Data sekunder (secondary data) adalah informasi yang telah dikumpulkan
untuk tujuan penelitian mencakup informasi yang ada dalam perusahaan dan
informasi yang didapat melalui Buku-buku literatur, Badan Pusat Statistik (BPS)
Kota Cilegon, Dinas Pariwisata,Seni dan Budaya Kota Cilegon, Perpustakaan
Fakultas Pertanian IPB, dan Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.
Metode Pengambilan Sampel dan Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel non probability
sampling yaitu dengan metode Judgement sampling, dimana pada metode ini
sampel diambil berdasarkan kriteria-kriteria konsumen yang telah mengkonsumsi
produk di restoran sea food Bintang Laguna, dan responden tersebut bersedia
untuk diwawancarai dan mengisi kuisioner yang penulis berikan. Kriteria
konsumen yang dijadikan responden yaitu yang pernah dua kali/lebih dalam
empat bulan terakhir untuk mengkonsumsi makanan sea food di restoran sea food
Bintang Laguna.
Penelitian melibatkan 100 orang responden yaitu pria dan wanita, usia
diatas 17 tahun baik yang sudah berumah tangga maupun yang belum berumah
tangga. Jumlah responden berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
formulasi Slovin (Sevilla, 1993). Formulasi ini mengambil responden yang dapat
mewakili jumlah keseluruhan pengunjung yang ada di restoran sea food Bintang
Laguna. Berdasarkan nota pembayaran yang terdapat dikasir, diketahui bahwa
jumlah konsumen restoran sea food Bintang Laguna selama empat bulan terakhir,
yaitu bulan Februari 2007 adalah sebanyak 3500 (N). Dengan nilai kritis sebesar
10 persen.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengujian kuisioner akan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pertanyaan didalam kuisioner dapat dimengerti oleh responden. Uji pendahuluan
atau uji yang dilakukan adalah uji validitas dengan menyebarkan kuisioner kepada
15 orang responden dengan kriteria responden adalah konsumen yang pernah
makan di restoran sea food Bintang Laguna. Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan metode Cochran Q Test. Jawaban Pilihan responden untuk
pertanyaan sudah disediakan. Responden tinggal memilih atribut mana yang
dianggap berkaitan dengan restoran sea food Bintang Laguna. Atribut yang sudah
disediakan ditentukan oleh peneliti dengan melihat keadaan restoran

hasil

Penilaian kinerja bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen.
Kepuasan konsumen tercapai apabila kinerja dari pelayanan restoran sea food
Bintang Laguna ini sesuai dengan kepentingannya. Kesesuaian kinerja produk
dengan kepentingan konsumen dapat diketahui melalui penilaian responden
terhadap tingkat kepentingan pada atribut yang mempengaruhi kepuasan
konsumen. Atribut yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 26 atribut.
Perhitungan rata-rata penilaian responden tehadap atribut restoran dapat
dilihat pada Tabel 26. Setiap atribut akan dibahas dengan hasil olahan data
berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dengan menggunakan
Importance Performance Analysis.




Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Konsumen yang datang ke restoran sea food Bintang Laguna sebagian besar
adalah laki- laki, berpendidikan terakhir SMU dan berstatus sudah menikah.
Jenis pekerjaan paling banyak adalah pegawai negeri. Suku yang paling
banyak datang berkunjung ke restoran sea food Bintang Laguna adalah suku
Sunda dan suku Jawa.
2. Alasan utama bagi responden datang ke restoran sea food Bintang Laguna
adalah karena rasa produk makanan sea food berkaitan erat dengan mutu
bahan baku yang digunakan yaitu dari hasil produk khas laut, racikan bahan,
dan metode pengolahan makanan. Informasi mengenai keberadaan restoran
sea food Bintang Laguna diperoleh dari keluarga. Kunjungan responden lebih
banyak tergantung situasi, dan lebih memilih berkunjung pada hari libur,
karena restoran tersebut dekat dengan tempat pariwisata pantai Anyer.
3. Kepuasan konsumen terhadap atribut produk restoran sea food Bintang Laguna
berdasarkan hasil analisis importance performance analysis. Atribut restoran
yang perlu dipertahankan adalah Rasa, aroma, halal, harga, kebersihan menu,
penampilan menu, Kema mpuan pramusaji berkomunikasi dengan pengunjung,
kecepatan penyajian, diskon harga makanan, keramahan, perhatian dan
kesopanan pramusaji, dan kebersihan restoran. Prioritas dari atribut restoran
yang perlu ditingkatkan adalah kesesuaian menu dengan pesanan, kesigapan
pramusaji, variasi menu, keamanan dan kenyamanan restoran.
4. Indeks kepuasan konsumen dari hasil analisis didapatkan bahwa nilai indeks
kepuasan konsumen terhadap atribut restoran sea food Bintang Laguna
memiliki nilai sebesar 76,88 persen. Yang artinya konsumen puas terhadap
kinerja restoran sea food Bintang Laguna.

Rekomendasi

Saran yang direkomendasikan penulis kepada pihak restoran sea food
Bintang Laguna berdasarkan hasil analisis adalah :
1. Pihak manajemen restoran perlu memberikan perhatian pada atribut-atribut
yang berada pada kuadran I untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
mengantisipasi apabila terjadi perubahan pada tingkat kepentingan dimasa
yang akan datang sehingga dapat menjadi keunggulan bersaing bagi restoran
sea food Bintang Laguna. Selain itu umumnya ketidakpuasan konsumen
berawal dari atribut-atribut pada kuadran ini.
2. Restoran sea food Bintang Laguna sebaiknya memprioritaskan peningkatan
kinerja atribut pada variasi menu, karena dengan variasinya makanan yang
ditawarkan konsumen memiliki berbagai pilihan dalam membeli dan dapat
mencoba jenis makanan lain.
3. Pihak manajemen perlu meningkatkan kinerja dari kesesuaian menu dengan
pesanan yang diinginkan oleh konsumen dengan yang ditawarkan oleh
restoran sea food Bintang Laguna karena konsumen cenderung menginginkan
makanan yang ditawarkan dapat memenuhi harapan mereka.
4. Perlunya dibangun pos penjagaan untuk meningkatkan keamanan
dilingkungan restoran sea food Bintang Laguna hal ini sesuai dengan
keinginan utama konsumen untuk keamanan dan kenyamanan dalam
melakukan pembelian di restoran tersebut.

Refrensi

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1535

Selasa, 30 Oktober 2012

Analisis Jurnal ll


Tema               : Kepuasan pelanggan
Pengarang       : DWITA PRATIWI OTTOLOEWA
Tahun              :2008
Judul               : ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN KEPUASAN        KONSUMEN BURGER BLENGER JAKARTA SELATAN


Latar Belakang

Jakarta adalah ibukota negara dan pusat pemerintahan Indonesia dengan penduduk lebih dari 9 juta jiwa. Jakarta biasa disebut kota metropolitan dan sekaligus kota tujuan wisata yang penuh pesona. Sebagai kota metropolitan, Jakarta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dari yang sederhana hingga modern. Losmen-losmen murah sampai hotel berbintang yang mewah. Pusat-pusat perbelanjaan tradisional hingga plaza megah dan nyaman. Sebagai daerah tujuan wisata, Jakarta banyak menyajikan atraksi dan obyek wisata menarik serta beraneka ragam mulai dari museum yang menampilkan koleksi peninggalan masa lalu, pergelaran kesenian daerah maupun kesenian mancanegara hingga taman rekreasi yang serba lengkap dan modern. Selain itu, komposisi penduduk yang datang dari berbagai daerah di Indonesia dengan segala etnis dan budaya yang dibawanya membuat Jakarta menjadi Jendela Budaya bangsa Indonesia.
Beraneka ragam tempat hiburan seperti diskotek, klab malam, bar, restoran internasional sampai warung tenda merupakan daya tarik tersendiri dari Jakarta. Makanan yang ditawarkan pun beragam, mulai dari masakan nasional hingga masakan internasional. Tempatnya pun beragam mulai dari dekorasinya yang bernuansa tradisional hingga mewah layaknya dekorasi di luar negeri.
Perubahan gaya hidup serta adanya pengaruh budaya Barat membuat pola konsumsi makanan di Jakarta cenderung hedonik. Hedonik yaitu pola konsumsi individu dimana ketika seseorang mengkonsumsi suatu produk tidak lagi menjadikan manfaat yang bisa didapat sebagai hal yang utama tetapi kebanggaan tersendiri yang didapat dari mengkonsumsi suatu produklah yang dicari (lebih mementingkan unsur prestise).

Masalah
Dari waktu ke waktu pola konsumsi masyarakat ibukota Jakarta terpengaruh oleh kebudayaan Barat. Selain itu penduduk yang tinggal di Jakarta terdiri dariberbagai macam suku bangsa, dari timur hingga barat Indonesia maupun WNA (Warga Negara Asing) yang menetap di Jakarta entah untuk alasan pekerjaan maupun keluarga. Tidak mengherankan makanan-makanan yang dijual/dijajakan di berbagai macam tempat makan tidak lepas dari beragam kebudayaan, mulai dari makanan khas Indonesia, makanan dari wilayah Asia lainnya (seperti: Jepang, Cina, Korea, Thailand, India dan negara lainnya), Eropa serta Amerika sangat mudah ditemui di Jakarta.
Pola konsumsi masyarakat yang cenderung hedonik membuat makanan dari luar negara Indonesia diminati banyak orang. Saat ini orang kian menuntut kepraktisan dalam mengkonsumsi makanan. Salah satu makanan yang digemari masyarakat Jakarta ialah burger. Burger disukai bukan hanya oleh remaja tapi juga orang tua serta anak-anak. Sepanjang jalan akan mudah terlihat pedagang-pedagang burger, dari yang hanya menggunakan gerobak tradisional seperti dorongan biasa sampai membuat gerobak istimewa berhiaskan gambar dan merek burger yang menarik. Selain itu banyak juga resto dan kafe yang khusus menjual burger, dari merek lokal bersuara asing (made in local) sampai franchise resmi dari negara seberang (branded import). Hal ini membuat persaingan dalam menjual burger yang sesuai dengan lidah orang Indonesia pun semakin ketat. Burger yang sesuai dengan citarasa lidah orang Indonesia bisa disebut sebagai burger lokal.
Salah satu burger lokal lain yang ada di Jakarta yaitu Burger Blenger. Berdasarkan wawancara dengan beberapa orang konsumen pada tahun-tahun awal dibukanya (sekitar pertengahan 2004) gerai di daerah Kebayoran Baru banyak orang rela antri berjam-jam untuk bisa mencicipi burger yang ditawarkan. Antrian yang
panjang ini hanya terlihat diawal berdirinya outlet Blenger di Kebayoran Baru. Hal ini bisa dikatakan wajar mengingat suatu usaha makanan yang baru dibuka akan menarik minat masyarakat untuk mencoba, apalagi makanan yang ditawarkan cukup digemari. Promosi yang dilakukan pihak Blenger pada awal dibukanya gerai juga menarik konsumen untuk membeli dan rela antri. Berdasarkan wawancara dengan manajer Blenger terdapat penurunan penjualan pada 3 bulan terakhir di tahun 2007. Angka penjualan turun hingga 50% pada bulan Oktober dan sekitar 30% pada bulan November dan Desember 2007. Studi perilaku konsumen menarik untuk dikaji tentang bagaimana proses keputusan pembelian konsumen dan sejauhmana konsumen merasa puas dengan produk burger yang ditawarkan pihak Blenger, sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan yang dirasa perlu agar Burger Blenger dapat tetap bertahan di dunia burger lokal pada khususnya dan dunia perburgeran pada umumnya.
Dari uraian di atas maka masalah yang akan di kaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Karakteristik Konsumen Burger Blenger?
2. Bagaimana Proses Keputusan Pembelian Konsumen Burger Blenger?
3. Bagaimana Kepuasan Konsumen terhadap Burger Blenger?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis Karakteristik Konsumen Burger Blenger
2. Menganalisis Proses Keputusan Pembelian Konsumen Burger Blenger
3. Menganalisis Kepuasan Konsumen terhadap Burger Blenger

METODE PENELITIAN

Data & Sebaran Data  
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik dan pihak manajemen serta dari kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pariwisata Jakarta Selatan, Badan Pusat Statistik, Literatur dari berbagai tempat, Internet, Laporan dan penelitian terdahulu.

4.3 Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Non Probability Judgment Sampling (Nazir, 1998) dimana peneliti terlebih dahulu memutuskan kriteria-kriteria responden, yaitu:
a) Konsumen yang sedang berkunjung ke Burger Blenger
b) Pernah melakukan pembelian minimal 1 kali
c) Hanya 1 orang dalam 1 keluarga


Jika muda-mudi bersama teman-teman mereka maka siapa saja yang bersedia mengisi kuesioner.
Untuk menentukan jumlah responden dari populasi yang diteliti digunakan metode Slovin (Umar, 2003) dengan rumus:
n = N
1 + Ne2
keterangan:
n = jumlah responden
N = jumlah populasi
e = kesalahan pengambilan sampel yang ditetapkan sebesar 10 persen
Berdasarkan wawancara dengan pihak Blenger jumlah pengunjung Burger Blenger setiap bulannya kurang lebih sebanyak 5000 orang, maka jumlah responden yang akan diambil sebagai berikut:
n = 5000 = 5000 = 98,0392157 ≈ 100
1+5000(0,1)2 51

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen Blenger adalah analisis deskriptif. Sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisis sejauh mana konsumen Blenger puas terhadap tingkat kepentingan pelanggan dan tingkat pelaksanaan manajemen Blenger digunakan metode IPA (Importance Performance Analysis) dan Indeks Kepuasan Pelanggan.  

Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen seperti jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, pendidikan terakhir/yang sedang ditempuh, pendapatan dan tempat tinggal. Analisis ini juga digunakan untuk mengidentifikasi proses keputusan pembelian konsumen terhadap produk Blenger Burger mulai dari tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian hingga evaluasi pasca pembelian. Analisis ini dipilih karena mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik konsumen serta proses keputusan pembelian yang tengah berlangsung ketika penelitian dilakukan. Jawaban-jawaban yang dominan dalam kuesioner akan menunjukkan karakteristik konsumen serta perilaku keputusan pembelian.
Hasil

Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja suatu perusahaan penting untuk merumuskan strategi pemasaran yang efektif. Jika kinerja perusahaan sesuai dengan kebutuhan serta harapan konsumen maka dapat dikatakan konsumen merasa puas. Puas atau tidaknya konsumen terhadap kinerja perusahaan dapat diukur menggunakan skala penilaian tertentu terhadap dimensi-dimensi yang melekat pada perusahaan tersebut. Karakteristik dan preferensi konsumen yang berbeda-beda membuat konsumen bisa saja merasa puas pada satu dimensi akan tetapi belum tentu puas terhadap dimensi yang lain. Oleh karena itu penilaian tingkat kepentingan dan kinerja didasarkan pada 5 dimensi yang banyak digunakan untuk menilai kualitas produk serta jasa pelayanan suatu perusahaan. Dimensi yang di nilai yaitu tangible (berwujud), reliability (keandalan), responsiveness (kesigapan), assurance (keyakinan/jaminan), dan emphaty (empati). Hasil penilaian konsumen berdasarkan kelima dimensi tersebut menunjukkan bagaimana kinerja dari Burger Blenger.
Hasil penilaian konsumen terhadap kinerja Burger Blenger diolah menggunakan metode IPA dimana dengan menggunakan metode ini dapat diketahui variabel mana saja yang memuaskan dan tidak memuaskan konsumen serta variabel-variabel apa yang dianggap penting dan tidak penting bagi konsumen. Variabel dari faktor kepentingan ditunjukkan dengan tanda Y, sedangkan faktor kepuasan ditunjukkan dengan tanda X. Kesemua variabel yang dianalisis akan terbagi dalam empat kuadran yang mencerminkan kepentingan dan kinerja masing-masing variable tersebut.

Kesimpulan
1. Konsumen Burger Blenger sebagian besar adalah usia produktif yaitu 15-55 tahun, dengan kelurga yang masuk kategori menengah (dilihat dari jumlah anggota keluarga termasuk orang tua dan yang tinggal satu rumah), berpendidikan, berasal dari sebagian kota-kota besar yang ada di Indonesia, berprofesi sebagai karyawan swasta dan dengan tingkat pendapatan rata-rata per bulan yang cukup tinggi (kelas menengah).
2. Berdasarkan hasil analisis proses keputusan pembelian tahap pengenalan kebutuhan adalah bahwa konsumen Burger Blenger sudah terbiasa mengkonsumsi fastfood seperti burger dan hotdog, manfaat yang paling dirasakan konsumen dari mengkonsumsi burger/hotdog Blenger adalah sebagai makanan selingan, rasa yang khas merupakan alasan utama konsumen mengkonsumsi burger/hotdog Blenger, merek burger lokal yang sering dibeli konsumen adalah Blenger. Pada tahap pencarian informasi sebagian besar konsumen mengetahui tentang keberadaan Burger Blenger dari teman. Proses evaluasi alternatif konsumen Burger Blenger memang menyukai fastfood, atribut yang paling dipertimbangkan ketika membeli adalah rasa, pembelian tergantung situasi, ketika datang ke Burger Blenger konsumen lebih banyak menjalankan 2 peran yang beragam, porsi rata-rata burger/hotdog yang dibeli adalah satu, pihak yang paling mempengaruhi untuk membeli Burger Blenger adalah teman, waktu kunjungan kombinasi antara hari sekolah, hari kerja, akhir pekan dan
hari libur nasional. Evaluasi pasca pembelian menunjukkan bahwa harga yang ditawarkan dengan rasa produk Burger Blenger sudah sesuai bagi konsumen, hampir semua responden berniat untuk datang kembali walau akan tetap membeli burger lokal lain.
3. Kepuasan konsumen berdasarkan hasil perhitungan tingkat kepentingan dan kinerja menunjukkan bahwa atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen sudah memiliki kinerja yang baik yaitu rasa, harga, kecepatan penyajian makanan dan minuman, jaminan keamanan pangan dan keramahan serta kesopanan pramusaji. Berdasarkan perhitungan CSI konsumen Burger Blenger secara keseluruhan merasa puas.

Rekomendasi

1. Dari 4 atribut yang masuk dalam kuadran A perusahaan sebaiknya lebih memprioritaskan atribut kecepatan pramusaji membersihkan kotoran di meja dan kemudahan pemesanan makanan dan minuman dibandingkan kebersihan tempat dan keterampilan pramusaji menjawab pertanyaan konsumen. Hal ini bisa dilakukan dengan lebih memperjelas pembagian kerja setiap pramusaji tiap harinya dan menata kembali tempat pemesanan agar tidak mengganggu mobilitas konsumen.
2. Perusahaan sebaiknya mempertahankan kinerja variabel-variabel pada kuadran B dan meningkatkan kinerja variabel-variabel pada kuadran A agar nilai indeks kepuasan konsumen mencapai range sangat puas dan penjualan kembali stabil.
3. Perusahaan sebaiknya menambahkan logo sertifikasi halal pada kemasan untuk lebih meyakinkan konsumen bahwa produk dari Burger Blenger memang aman untuk dikonsumsi (tidak mengandung bahan-bahan makanan yang berbahaya untuk kesehatan).

Refrensi 

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1707

Senin, 29 Oktober 2012

Metode Riset Jurnal 1



Tema : Kepuasan Pelanggan
Pengarang    : EVA PUSPITASARI
Tahun : 2009
Judul         :  ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU PRODUK       DAN JASA PELAYANAN DI RESTORAN BURGER & GRILL - DEPOK

1.1. Latar Belakang

Semakin berkembangnya perekonomian di Indonesia menyebabkan pendapatan masyarakat Indonesia meningkat. Pendapatan yang tinggi mengakibatkan gaya hidup masyarakat berubah. Perubahan gaya hidup ini berpengaruh terhadap pola makannya. Dalam hal ini, manusia tidak hanya membutuhkan makanan untuk kebutuhan fisiologis, tetapi lebih menginginkan nilai dari makanan itu sendiri. Masyarakat juga cenderung menghabiskan lebih dari sebagian pendapatannya untuk membeli makanan. Hal ini berarti peluang untuk pengembangan usaha jasa boga semakin besar. Dengan demikian, banyak pengusaha yang mulai mengembangkan usaha jasa boga, seperti restoran, cafe, rumah makan, dan sebagainya.
Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial yang menyelenggarakan pelayanan yang baik kepada semua tamunya, baik berupa makanan maupun minuman (Marsum dalam http://abectipub.wordpress.com, 2009). Restoran merupakan jenis perusahaan yang sangat bergantung pada kepuasan konsumennya. Umumnya pemasaran dari suatu restoran dilakukan dengan komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth). Jadi, jika ada satu saja konsumen yang tidak puas, maka restoran tersebut akan kehilangan beberapa calon konsumennya. Sebaliknya, jika salah satu konsumen merasa puas, maka kemungkinan besar restoran tersebut akan mendapatkan konsumen yang lebih banyak.
Saat ini jumlah restoran di Kota Depok semakin meningkat, sehingga mengakibatkan persaingan yang ketat antar tiap restoran. Masing-masing restoran berlomba-lomba untuk mencari konsumen dan mempertahankan konsumennya yang sudah ada, yaitu dengan terus memberikan kepuasan kepada konsumen atau pelanggannya. Setiap restoran harus dapat menciptakan produk dan pelayanan yang bermutu agar dapat memuaskan dan memenuhi harapan konsumennya.
1.2. Perumusan Masalah

Semakin meningkatnya persaingan antar pengusaha rumah makan atau restoran telah memaksa Burger & Grill untuk terus berupaya meningkatkan mutu produk dan pelayanannya agar dapat meningkatkan kepuasan konsumennya. Memahami kebutuhan dan mengukur kepuasan konsumen merupakan suatu hal yang penting dilakukan oleh Burger & Grill, agar konsumen tidak beralih ke restoran pesaing. Semakin baik pelayanan yang diberikan, maka membuat konsumen semakin percaya dan setia terhadap produk pilihannya. Mutu produk dan pelayanan tentunya berpengaruh terhadap tingkat penjualan.
Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik konsumen Restoran Burger & Grill ?
2. Bagaimana hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasannya terhadap mutu produk dan jasa pelayanan Restoran Burger & Grill ?


3. Bagaimana tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut mutu produk dan mutu jasa pelayanan Restoran Burger & Grill ?
4. Rekomendasi alternatif apa yang tepat untuk meningkatkan kepuasan konsumen ?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui dan mengidentifikasi karakteristik konsumen Restoran Burger & Grill.
2. Menganalisis hubungan antara karakeristik konsumen dengan tingkat kepuasannya terhadap mutu produk dan mutu jasa pelayanan Restoran Burger & Grill.
3. Menganalisis tingkat kinerja dan kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut mutu produk dan mutu jasa pelayanan Restoran Burger & Grill.
4. Merumuskan rekomendasi alternatif yang tepat untuk meningkatkan kepuasan konsumen.

3.3 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian, seperti data hasil wawancara, data observasi dan survei, dan sebagainya. Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada, seperti buku, internet, serta laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2004). Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen restoran, yakni secara lisan, sedangkan wawancara dengan konsumen dilakukan dengan panduan kuesioner (Lampiran 1). Kuesioner yang diberikan kepada konsumen berisikan pertanyaan tertutup dan pertanyaan semi terbuka. Pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah tersedia. Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang memberikan pilihan dan juga menyediakan tempat untuk jawaban secara bebas jika jawaban konsumen ada di luar alternatif pilihan yang tersedia. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Budaya, buku, laporan penelitian terdahulu, internet dan lain-lain.
Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan contoh yang dilakukan secara sengaja, dengan catatan bahwa contoh tersebut dapat mewakili populasi. Dalam penelitian ini karakteristik contoh untuk pengisian kuesioner adalah konsumen yang
sedang makan di restoran Burger & Grill untuk frekuensi makan satu kali atau lebih. Dari hasil wawancara dengan pihak manajemen restoran Burger & Grill, didapatkan bahwa rataan jumlah konsumen restoran Burger & Grill per bulan 9.000 orang. Jumlah konsumen yang dijadikan contoh dalam penelitian sebanyak 100 konsumen, untuk mewakili perilaku dan kepuasan para konsumen restoran Burger & Grill. Jumlah contoh tersebut diperoleh melalui perhitungan Slovin berikut : n =𝑁(1+𝑁𝑒²) ....................................................................................... (1) Dimana : n = Jumlah contoh N = Jumlah populasi e = Tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir (10%)
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data adalah proses mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi dan meningkatkan data, sehingga mudah dibaca. Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen dapat dilihat dari tanggapan atau penilaian konsumen menurut tingkat kepentingan dan kinerja yang dirasakan konsumen terhadap atribut-atribut restoran Burger & Grill. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif mengunakan alat analisis deskriptif, sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan alat analisis

3.4 Hasil







A. Kesimpulan

1. Konsumen berjenis kelamin wanita (61%) dan pria (39%), dengan usia 21 – 30 tahun (52%), alamat tersebar di Depok (56%) dan di Jakarta (33%), berstatus belum menikah (66%) dan sudah menikah (14%). Pekerjaan pelajar/mahasiswa (57%) dan pegawai swasta (31%), serta Pendidikan terakhir SMA (44%) dan rataan pendapatan per bulan Rp. 500.001 – Rp. 1.500.000 (46%).
2. Konsumen dengan frekuensi makan di luar rumah tertinggi, yaitu setiap hari (49%), lamanya waktu konsumen mengetahui Burger & Grill (38%) adalah lebih dari satu tahun, frekuensi mengunjungi lebih dari satu bulan sekali (56%), mendapatkan informasi tentang Burger & Grill karena kebetulan lewat (61%) dan alasan memilihnya karena suasana nyaman (45%) dan konsumen (99%) menyatakan ingin mengunjungi Burger & Grill di lain waktu.
3. Berdasarkan hasil analisis Khi Kuadrat, karakteristik konsumen yang memiliki hubungan dengan kepuasan terhadap mutu produk adalah jenis kelamin dan pendidikan terakhir konsumen dan karakteristik yang berhubungan dengan kepuasan terhadap mutu pelayanan adalah tingkat penerimaan konsumen.
4. Nilai CSI 78,16% menunjukkan konsumen telah puas terhadap kinerja restoran Burger & Grill. Dalam hal ini : (a) Tingkat kesesuaian atribut mutu produk yang paling rendah adalah harga yang terjangkau (78,67%) dan yang paling tinggi adalah tampilan produk (93,30%); (b) Tingkat kesesuaian pada atribut mutu pelayanan yang paling rendah adalah respon cepat terhadap keluhan konsumen (82,34%) dan yang paling tinggi adalah lokasi restoran strategik (98,09%); (c) Tingkat kesesuaian dari dari semua atribut mutu produk dan pelayanan masih di bawah 100%, maka perlu meningkatkan kinerja dari atribut-atribut mutu produk dan pelayanannya, sehingga terdapat kesesuaian antara harapan konsumen dengan kinerja restoran dan
pada akhirnya konsumen puas; (d) Atribut-atribut yang tingkat kepentingannya tinggi, namun kinerjanya masih rendah adalah lama waktu tunggu dari mulai pemesanan hingga pesanan datang dan respon cepat terhadap keluhan konsumen; (e) Atribut-atribut yang tingkat kepentingan dan kinerjanya tinggi adalah rasa makanan dan minuman yang enak, jaminan produk, suasana restoran yang nyaman, keramahan/komunikasi dan kesabaran karyawan dalam melayani konsumen, fasilitas yang diperoleh, kebersihan dan kenyamanan secara umum dan kebersihan peralatan makan; (f) Atribut-atribut yang tingkat kepentingan dan kinerjanya rendah adalah harga terjangkau, besar porsi makanan, menu makanan dan minuman bervariasi, tampilan produk dan penampilan karyawan yang menarik, rapi dan sopan; (g) Atribut yang tingkat kepentingannya rendah namun kinerjanya tinggi adalah lokasi restoran strategik.
5. Rekomendasi aternatif strategi pemasaran bagi Burger & Grill adalah Burger & Grill dapat membuat alat yang dijadikan tolak ukur perusahaan dalam melayani konsumen dalam hal kecepatan pelayanan, atau membuat konsumen tidak bosan jika menunggu terlalu lama, yaitu memberikan atau menyediakan sedikit makanan pembuka kepada konsumen pada saat menunggu pesanan. Pihak manajemen Burger & Grill dapat memberikan layanan tambahan, seperti delivery (layanan antar) agar konsumen yang tidak dapat mengunjungi Burger & Grill dapat menikmati produk Burger & Grill, fasilitas internet sebagai media promosi untuk menarik banyak konsumen, termasuk membuat situs di internet yang berisikan tentang informasi-informasi produk yang dimilikinya dan menanggapi keluhan-keluhan konsumennya.

B. Rekomendasi
1. Sebaiknya pihak manajemen lebih memperhatikan kinerja dari karyawannya, khususnya pramusaji, lebih cepat tanggap terhadap keluhan konsumennya dan pada saat membuat/mengolah makanan atau minuman yang dipesan konsumen dan memperbaiki sistem atau metode proses pengolahan makanan.

2. Fasilitas yang ada di Burger & Grill, seperti mushola, toilet dan tempat parkir sebaiknya diperluas, sehingga tidak perlu antri dan menunggu terlalu lama, serta dapat memarkir kendaraan dengan aman dan nyaman. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen, sehingga konsumen tetap loyal dan tidak berpindah ke restoran pesaing.

Refrensi

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12368

Jumat, 19 Oktober 2012

Tugas Softskill Perilaku Konsumen BAB IIl

BAB III
Proses Pengambilan Keputusan Oleh Konsumen

1.1  Pengertian Model Pegambilan Keputusan
Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan  suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.
Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:
1.                  Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
2.                  Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
3.                  Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
4.                  Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.
Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan
Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini disampaikan beberapa klasifikasi saja. Klasifikasi model dapat dilakukan berdasarkan sebagai berikut:
1.                  Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2.                  Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan sebagainya.
3.                  Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional, kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4.                  Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
5.                  Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik, dan sebagainya.
6.                  Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu digunakan; lain-lain.
7.                  Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model keseluruhan, dan lain-lain.
8.                  Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan juga.
      Quade membedakan model ke dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model kualitatif.
1.      Model kuantitatif
Model kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2.      Model kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu (yang hasilnya kurang diketahui dengan pasti).
a.      Model Probabilitas
Model probabilitas, umumnya model-model keputusannya merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept of probability and expected value).
         Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring). Misalnya kartu bridge terdiri atas 52 buah kartu; berarti tiap-tiap kartu hanya memiliki kemungkinan 1/52. Kartu heart 1 (jantung merah 1) hanya memiliki kemungkinan 1/52. Begitu pula halnya dengan dadu berisi 6, masing-masing sisi hanya memiliki kesempatan atau kemungkinan 1/6 untuk menang.
         Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan melalui pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi tersebut. Sampel itu sendiri merupakan sebagian yang dianggap mewakili keseluruhan (populasi).
         Kemungkinan yang dimiliki oleh setiap kartu bridge adalah 1/52 dan dadu adalah 1/6 itu merupakan sebagian dari seluruh kemungkinan masing-masing (untuk kartu adalah 52 dan untuk dadu adalah 6).

1.2 Tipe Proses Pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi.Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation).Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.Keputusan pembelian (purchase decision).Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian.Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan.Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan Masalah
Konsumen menggunakan pemecahan masalah yang terbatas ketika mereka melakukan sedikit usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini sering dilakukan oleh konsumen ketika membeli suatu produk yang telah mereka gunakan sebelumnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jangkauan pemecahan masalah :
1.                  Alternatif-alternatif dibedakan dengan cara yang relevan, misalnya pembelian rumah, alternatif pemilihan adalah lingkungan rumah (bersih, tidak banjir, dekat kota atau mudah transportasi), bahan baku, harga (cicilan rendah dan lama).
2.                  Tersedia waktu yang memadai untuk pertimbangan yang mendalam untuk membeli produk.
3.                  Terdapat tingkat keterlibatan (relevansi pribadi) yang tinggi yang menyertai pembelian.
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1.                  Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2.                  Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3.                  Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4.                  Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan.
5.                  Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.

1.4 Pembelian
Struktur Keputusan Membeli
Struktur keputusan membeli penting,karena sesudah menetukan kebutuhan dan mempunyai keinginan akan produk tertentu, konsumen diharapkan untuk memunculkan keputusan untuk membeli. Ada tujuh struktur keputusan membeli yang mempengaruhi konsumen
1. Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat memutuskan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli produk X atau tujuan lain selain melakukan pembelian. Para pemasar harus memusatkan perhatian pada konsumen yang diharapkan memutuskan untuk untuk membeli produk X dari alternatif lain yang mereka pertimbangkan uangnya untuk membeli komputer atau keperluan lain (membeli kamera, pakaian, dan buku)
2. keputusan tentang jenis produk
Konsumen memutuskan untuk membeli produk X dengan bentuk tertentu (ukuran, mutu, corak,dan sebagainya). Perusahaan harus menggunakan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen (untuk memaksimumkan daya tarik merk produk X, misalnya mahasiswa tersebut menentukan karakteristik dari komputer yang diinginkan yaitu laptop, Pentium 120, kemampuan memproses cepat, fasilitas lengkap (baterai, CD drive, mouse)
3. keputusan tentang merek
Konsumen memutuskan merk yang akan diambil. Perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merk. Misalnya berdasarkan informasi yang dihimpun, mahasiswa tersebut memilih untuk mendapatkan komputer merk acer.
4. keputusan tentang penjualan
Konsumen memutuskan dimana akan membeli (toko serba ada, elektronik, toko khusus dan lain-lain, perusahaan ( termasuk pedagang besar, pengecer) Harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu. Misalnya mahasiswa tersebut mempunyai pilihan membeli di toko elektronik, toko khusus komputer atau agen tertentu. Disamping pertimbangan harga, ia mempertimbangkan pula layanan yang didapat baik pada waktu membeli layanan purna jual.
5. Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen memutuskan jumlah produk yang akan dibeli. Perusahaan harus mempertimbangkan banyaknya produk tersedia untuk konsumen sesuai keinginan konsumen yang berbeda-beda.
6. keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen memutuskan kapan harus membeli (kapan uang/kesempatan tersedia). Perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam penentuan waktu pembelian, yang juga mempengaruhi perusahaan dalam mengatur waktu produksi, pemesanan, periklanan dan sebagainya.
7. Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen memutuskan mode pembelanjaan yang disukainya, perusahaan harus mengetahui hal ini yang akan mempengaruhi dalam penawaran pembayaran (discount untuk tunai, kemudahan kredit, bunga rendah, dan lain-lain).

1.5. diagnosa Perilaku Konsumen
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal,yaitu
1.                  untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli.
2.                  perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik.Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut.
3.                  pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.
Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen.
1.                  Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
2.                  Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi.Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen
3.                  Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan perilaku konsumen.Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen serta strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. tersebut.

REFERENSI
M. Iqbal Ansam, Teori Pengambilan Keputusan
Darnius, Open, 2004  Pemakaian Peluang Dalam Membuat Keputusan,Jurusan Matematika
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen